Maulid MTDM September 2014 - 05.09.2014

                                                                  بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهَ وَصَحْبِهِ وَسَّلِم 


Tausiyah 1: As-Sayyid Muhammad bin Abu Bakar Agil Al Hamid, Mudir Rubat Al-Fatah, Hadramaut, Yemen.


Latarbelakang: Beliau banyak mengambil ilmu daripada kota Madinah dan Hadramaut, terutamanya daripada Al-Allamah Habib Zein bin Ibrahim bin Sumait dan masyaikh yang lain. Beliau datang berdakwah, dan sebelum mempunyai madrasah sendiri iaitu Rubat Al-Fatah di Seiyun, Hadramaut, beliau pernah mengajar di madrasah Habib Zein di Madinah.

{Ucapan dimulakan dengan pujian kepada Allah, dan selawat kepada Rasulullah ﷺ dan kata-kata aluan.}

Dengan majlis Maulid Nabi ﷺ dan berkatnya Rasulullah ﷺ, yakni kalau bukan kerana Rasulullah ﷺ, maka kita tidak tahu bagaimana beribadat kepada Allah SWT, yang mana Rasulullah ﷺ ialah penyatu daripada agama-agama para anbiya sebelumnya. Sebaik-baik umat ialah umat Nabi Muhammad ﷺ, dan sebaik-baik Nabi ialah Nabi Muhammad ﷺ. Sebagaimana kata Imam Bushairi:
“Bushralana…” “Beruntunglah kalian…”, kerana Allah menjadikan agama kita agama Islam yang mana agama ini dimuliakan oleh Allah SWT.

Kalian telah mengambil majlis-majlis seperti ini yang di dalamnya penuh kebaikan dan terdapat keberkatan, sedangkan zaman sekarang orang sibuk dengan dunianya, pekerjaannya, makanannya, minumannya sedangkan kalian datang untuk berzikir kepada Allah, untuk mengingat Rasulullah ﷺ.

Perhubungan kita dengan dunia ini, apabila kita ditanya kerana apa kita diwujudkan? Yakni wujud kita bukannya untuk sibuk makan atau sibuk mengumpul dunia, akan tapi diciptakan-Nya kita ini untuk beribadah kepada Allah SWT. Hikmahnya diciptakan kita seperti firman Allah SWT:
“Tidaklah Aku ciptakan kalian kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT.”
Dan diciptakan-Nya kita untuk mendapatkan sa’adul akhirat iaitu untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat. Dalam hadis qudsi Allah berfirman bahawa manusia dicipta untuk mencapai redha Allah SWT dan redha Rasulullah ﷺ.

Dalam hadis Qudsi, Allah سبحانه و تعالىberfirman: “Taatlah kalian kepadaku, kerana sesungguhnya apabila kalian taat kepada-Ku,  keredhaan-Ku tiada penghujungnya. Janganlah kalian bermaksiat-kepada-Ku, kerana sesungguhnya laknat-Ku sampai ke hujung keturunanmu yang ke-7.”

Ulama ahli tafsir mengatakan di dalam Surah Kahfi, di mana diceritakan tentang rumah anak yatim yang hampir roboh dan ada harta di dalamnya, harta anak yatim itu dilindungi kerana keberkatan kesolehan ibu bapanya.

Dalam Al-Quran nul Kareem terdapat ayat meminta kita taat kepada Allah Ta'ala. Terdapat banyak ayat-ayat tentang ketaatan, yang diulang-ulang meminta ketaatan kita kepada Allah SWT. Untuk melihat ketaatan kita kepada Allah, maka lihatlah ketaatan kita kepada Rasulullah ﷺ, kerana ketaatan kita kepada Rasulullah ﷺ menyatakan ketaatan kita kepada Allah SWT. Jika kita bermaksiat kepada Rasulullah ﷺ, bererti kita tidak taat pada Allah SWT. Barangsiapa bermaksiat kepada Allah, maka neraka Jahannamlah untuknya. Orang yang taat kepada Allah SWT, maka keberuntungan untuk mereka. Dan ulama mengatakan alamat taat kepada Allah SWT ialah tanda kebahagian, dan maksiat atau tidak taat adalah tanda kecelakaan bagi diri mereka.

Dan dengan hadirnya kita di Majlis Ta’lim sepert ini, dengan ketaatan kepada  Allah & Rasul-Nya, kita akan dapat belajar cara memuji dan mencintai Rasulullah ﷺ. Melalui majlis baik seperti ini, kita akan mengetahui hak-hak kepada Allah, Rasulullah ﷺ , daripada orang yang mendapatkan ilmu daripada gurunya, sampailah ilmu tersebut bersambung kepada Rasullallah.

Seorang sahabat bernama Zaid Al-Kheir, datang kepada Rasulullah dan mengeluh terhadap dirinya yang sedih apabila meninggalkan kebaikan. Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, “Sesungguhnya Engkau adalah orang yang mendapatkan kebaikan daripada Allah SWT”.

{Al Habib mendoakan agar Allah memberi kebaikan (kheir) dan kecintaan kepada Rasulullah ﷺ kepada jemaah.}

Seorang mukmin atau mukminah takkan merasa puas apabila melakukan kebaikan. Mereka akan terus dahaga untuk terus melakuakn kebaikan. Daripada hadisnya, Rasulullah ﷺ bersabda yang maksudnya, “Seorang mukmin takkan merasa puas berbuat kebaikan sehingga mereka telah berada di syurga.”

Kerjakanlah untuk akhirat tapi jangan lupakan dunia kalian. Maksud firman Allah, “Berbuatlah kalian amalan untuk dunia, akan tetapi amalan untuk akhirat adalah yang lebih kekal.” Jika seorang hamba ingin kebaikan akan terdapat cahaya kebaikan dalam hatinya. Dan apabila ada cahaya masuk ke dalam hati seorang mukmin, akan rasa tenang di hati-hati mereka.Tiga tanda seseorang mendapat cahaya kebaikan ialah:
1. Mempersiapkan bekal untuk kubur
2. Mempersiapkan tempat kekalnya (akhirat)
3. Mempersiapkan diri untuk bertemu Allah

Penutup: Sesungguhnya kurniaan-kurniaan** Allah tidak akan terputus selagi terdapat orang-orang soleh, majlis kebaikan, majlis ilmu seperti ini. Orang yang   menuntut ilmu perlu jujur kerana Allah Ta'ala kerana kalian adalah yang  membangun, menghidupkan agama ini agar mendapat keredhaan Allah. Ucapan di akhiri dengan doa.


Tausiyah 2: Syeikh Imam Afroz Ali (Australia)


{Speech was opened with Basmallah, Hamdallah, and selawat to Rasulullah ﷺ.}

It is always indeed a great honor to be here at Darul Murtadza, and it is a great honor of our teacher Habib Ali Zaenal Abidin Bin Abu Bakar Al-Hamid and all teachers we have before us over here. I probably should not be speaking at all,  
but if I can briefly just mention a few things that you need to help me remember, because many times when we speak we forget that in fact that we are simply a mean or wasilah of which the kheir of Allah SWT decree has to come through us. So, may Allah SWT accept that which is good and forgive us of that which is our shortcomings and our incorrectness in understanding the deen of Allah SWT.

I’m here specifically to speak for Haul of Imam Al-Haddad. His heritage and what we have over here is what we’re all benefiting from and what I was going to speak about tomorrow is the issue of tolerance between Muslim and non-muslim. But tonight, I want to speak a step before tolerance, and that is to understand the maqsud or purpose that we look at our deen, what is it all about? Because before we want to speak, about tolerance, before we want to speak any aspect of how we behave, we need to understand what is it and Who is it that indeed Allah SWT that instructs us, and particularly through the language of the Quran, that is the arabic, and I want you to look at a few words that tells us first and foremost who we are. Who we are tells us how we conduct ourselves to everybody else.

So, e.g. the first word that defines us is INSAAN – human being. The scholars differ in the opinion for the asal or the origin of this word came from. Some say it came from nasihaat, some say it came from annisaa? So, these 2 words, even though there are of different opinions, they apply to us. So, if you look at the word annisaa, for which comes word uns and we said  unsurullah – our intimacy and closeness with Allah SWT.

We have been named as people, as creation of Allah SWT, to be people who are social community, as you can see the jamaah of the majlis over here. We are not sitting alone, we are together. When we eat, we have responsibility that we eat with food so we can serve Allah SWT though e.g. serving our parents, or serving our children, or serving our teachers. When we dress our clothes, we don’t just dress for ourselves, we have responsibility to society. This is the reason why Allah SWT has given us laws, in order for all He has given us as insaan, that when we do it, that we have intimacy and closeness to Allah SWT.

The second word is nasihaat which is forget. And we, how forgetful the creation of Allah SWT. I was just in Turkey**, and our great teacher Syeikh Abdul Latif Murad said that being ghaflah** is also a mercy, because if we were in the state of remembrance, we would all probably be the slave of our xyz till we completely destroy ourselves. So xyz, so forgetful is ideal people who do such thing, when you did thing, which is wrong, or an offense to Allah SWT, xyz. Therefore you continuously turn back to Allah. This is the nature that Allah SWT has created us, and with his Wisdom, we have this nature within ourselves.

I just want to make a quick point over here that from the same word of nasihaat is also the word nisaa’ which is for women, but for the men, do not get all excited about that because the masculine is also muzakkar, (means) - the one who is reminded. So, we are human being that in fact has nature to forget and by continuously and consistently turning to Allah SWT, that pleases Him.

As Allah SWT frequently mentioned in the Quran to remind us,
“If you have sin, do not despair, as long as you returned to Allah SWT, you’ll find that He is Most Merciful and Most Forgiving.”

This equation of Him being Ar-Rahim and Al-Ghaffur repeated in the Quran over and over again, and by Allah SWT mercy there’s a hadith from Rasulullah ﷺ, “May Allah SWT encloses us, surrounds us with His Mercy.” And this is what we seek from Allah SWT – His mercy, and may Allah SWT’s mercy be upon us, and may he forgive us.”

The second word is the word that tells us about creation and creation is connected to this idea of qaLAqa. Often, when we look at this word qalaqa we forget that this word can also be qaLIqa which has different meaning, but it completes the nature of Allah SWT of being Al-Khaliq, because qalaqa is that He created, so Allah SWT is the creator, but qaliqa is that it diminishes, finishes. As in hadith, Prophet Muhammad ﷺ was saying that the idea of our iman diminishes.
So, what’s the connection here? We often think of Allah SWT as our Creator but we tend to forget we will return to him. So, in qalaqa and qaliqa, it is complete to understand that: إنا لله وإنا اليه راجعون

He is our Creator and He is also in charge of it. When we are finished, completely diminished into death, and this whole world is as Allah SWT tells us in the Quran over and over again – “These entire creations will come to an end”, and this is the nature of Allah SWT’s creation as Khaliq. This concept that we are from him we are going to go back to him is absolutely solid and reinforced in the meaning.

But something else is very important: from the same word, come the word Kulk which is our character, akhlak and this particular aspect that our nature of our creation as the Prophet ﷺ himself said that he was sent for no other reason that to perfect character, to make and complete the excellence of character. So whatever we do as human beings, we need to be people that whatever we act, how we act, the knowledge we gain is supposed to change our character, e.g.: Without knowledge you can’t act, and if your action doesn’t lead you to transform your character, then your action is of no use.

You must change your character because your character is reflective of prophetic character, of Prophet ﷺ, of how he rectified the character, because that is what xyz. Simply because we have many people that might be killing Muslims, the response is not simply that you to kill them. It is to rise above our emotions, our shahwaniyyah and to rise above that and to respond in a manner that is true to the akhlak of the Prophet ﷺ, so that Allah Ta'ala will be pleased with us. This what Allah SWT seek us, from us, from our creation. That’s the reason why the nature of our creation is connected directly to the excellence of character.

The third word that we need to take into account is the word hayaat. Hayaat is about life, but hayaatun is also about obstacles. Our dear Prophet ﷺ said that, “Every religion has a character, and the character of my religion is the character of hayaat.” And our life, from which comes the word hayaat, xyz. So, we as Muslims, as believers, our responsibility for what we have been created for, for what we have as insan is as people with community. When we walk on this earth, we do not destruct and destroy and this lead to something important that we understand we are insaan, we have akhlak and we have hayaat. There is a maqsud behind all these, and essentially the nature of this religion of Islam is peace. The law, the nature of this religion is want of peace. To suggest anything else that somehow this religion is of revenge, this religion is of anarchy, this religion is of destruction - it cannot be true! Because the word Islam tells us that there is our commitment to peace, submission to Allah SWT by committing to peace. There are 3 things that we need to take into account about this:

1. Spreading peace
When Rasulullah ﷺ first enters into Madinah, the first of his instruction, and in fact until the last of his days was to spread peace (salam), as opposed to what is happening in some part of the world today – we are not spreading peace but we are cutting off peace. Jannah is a limitless place, it will not get filled by just Malaysian or Australian muslims, it is open for entire nationality, from the time of Nabi Adam a.s. till the end of time.

Our resposibility is to spread Islam as a person who is insaan, with akhlak and with hayaat, and not a person who cuts off the ability of people, who might be non-Muslim that the can’t see the beauty of this religion. We cannot be people that become obstacles for person, who are not yet Muslim, to enter Islam or see the beauty of Islam. When Rasulullah ﷺ walk in the desert, people looked at him and became Muslim, but when people look at us, they said they don’t want Islam.

2. Preservation of Islam
We need to preserve this religion, this Islam, this peace.The preservation comes from the transmission of knowledge that our teachers gave us, so there is a transmission of knowledge, and we need to preserve that knowledge. But while we preserve our deen, we should be aware of people who destruct our deen, destruct the sight of our deen. All of the things that we have from the past as heritage, they are a reminder for those who will come to the future, for them to be able to know the Honour of Allah SWT, the great people, who have walked this earth. So, we cannot be the people, who are going to destruct the sight of Islam, people, who destruct the knowledge of Islam.

3. Apply Islam on ourselves 
Thirdly, we have this concept of not only we spread and preserve, but we need to bring into ourselves Islam, we need to be in taslim with Allah SWT, we do not abadon Islam.

And with this, I want to make quick points:
Your deen here, in Malaysia, for me to come here and see you, this is so inspiring. You have a tradition, always remember that there is different between tradition and culture is not the same as tradition. Culture is ‘uruf, but tradition is manhaj. When you have manhaj that connects you to the Salafusollehin, do not let this go, spread this, preserve this and internalize this. Do not let this go! You are one of lighthouses for the deen of Islam for the whole world.

Today there is not many place left with peace. Peace is important, because with peace has the ability to THINK. So, when you have peace in a country, when you have peace in a land, the one who are not yet Muslim, they can think about the Creator, Allah SWT. You know that when you have blessings, you have responsibility. We from Australia, we look up to you that you will help us. Xzy.

{Closing dua.}


Tausiyah 3: Habib Ali Zaenal Abidin Bin Abu Bakar Al-Hamid


Allah SWT telah menunjukkan rahmatnya kepada kita dengan mengumpulkan kita di rumah Allah SWT. Cuba berfikir sejenak masing-masing yang datang dari rumah – dimana kita semua berada sekarang, apa nama masjid yang kita beada di dalamnya untuk iktikaf? Apa tujuan datang ke tempat ini? Siapa yang duduk dengan kita, siapa yang cakap, apa yang dicakap? Kesemuanya dari awal sampai akhir adalah simbol kepada kebaikan.

Langkah kaki menuju ke msjid adalah kebaikan yang setiap langkahnya diganjar oleh Allah SWT. Berada di dalam rumah Allah – iktikaf, setiap saat bukan minit, diberi ganjaran oleh Allah SWT. Yang datang ke tempat yang baik pastinya orang-orang yang mencari kebaikan, bererti kita datang ke tempat orang-orang mencari kebaikan, dan kita duduk dengan orang-orang yang baik. Kita mendengarkan penyampaian yang baik. Maka kesemuanya dari awal sampai akhir, yang kita lakukan pada malam ini adalah kebaikan, dan pada tempat seperti ini akan turun pemberian rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

Tetapi daripada semua kebaikan yang telah dizahirkan oleh Allah SWT, adalah mempunyai satu tanggungjawab kepada kita. Sejauh mana kita menjaga kebaikan daripada Allah SWT? Moga-moga Allah SWT sentiasa mempersenangkan kita kepada kebaikan, menjadikan kita orang yang baik, dekat dengan orang yang baik, menyebarkan kebaikan dan sentiasa berada di tempat-tempat yang baik, dan sampai kepada tempat terbaik ialah syurga Allah SWT.

Diperdengarkan sebentar tadi dari Habib Muhammad dan Imam Afroz Ali, kesemuanya mengajak kita kepada satu pesanan untuk menjada agama Allah SWT. Allah SWT memilih agama ini untuk Zat-Nya yang Maha Tinggi, dan diberikan ugama ini kepada siapa yang dikehendaki Allah SWT, dan pastinya  secara zahir kita yang hadir dipilih Allah Ta'ala untuk diberi agama ini dan pilihan kita ini adalah kehendak Allah dan isyarat cinta dan kasih-sayang Allah kepada kita, sebab Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Allah akan beri dunia kepada orang yang disukai dan orang yang tak disukai oleh Allah, tetapi tidak diberi agama kecuali pada orang yang disayangi oleh Allah SWT.”

Disampaikan oleh Imam Afroz Ali sebentar tadi tentang tanggungjawab kita sebagai manusia yang dimuliakan Allah SWT dengan agama ini. Allah SWT memilih agama ini untuk Zat-Nya dan diberikan oleh kepada kita semua. Maka
hiasilah ugama yang dipilih Allah SWT dengan 2 perkara – as-saqa (pemurah)  dan husnul khuluk (akhlak yang baik). Husnul khuluk telah disebut oleh Imam Afroz Ali sebentar tadi, akan tetapi apa maksud as-saqa’?

As-saqa' ertinya pemurah, pemurah itu ialah sifat suka memberi, dan kita tak suka membatasi erti pemurah terhad kepada orang yang suka dalam bentuk harta, walaupun memberi harta itu amal yang baik, dan memberi nafkah dan sedekah mempunyai ganjaran yang tinggi di sisi Allah. Akan tetapi yang terpenting juga dalam sedekah itu, sifat pemurah yang mesti ada pada setiap orang beriman yang diberikan ugama ini oleh Allah SWT ialah sikap pemurah yang suka menabur kemaafan, suka menabur kasih, suka melupakan kesilapan orang lain. Inilah orang pemurah yang sebenar – yang memaafkan orang lain sebelum orangitu meminta maaf, mendahulukan melupakan kesilapan orang lain sebelum orang datang meminta maaf.

Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan syurga, jauh dari neraka. Kata baginda Rasulullah ﷺ dalam satu majlis: “Akan datang kepada kamu semua seorang penghuni syurga.” Datang seseorang. Keesokannya Nabi Muhammad ﷺ beritahu lagi, “Akan datang kepada kamu semua seorang penghuni syurga.” Datang lagi orang yang sama. Keesokannya Nabi Muhammad ﷺ beritahu lagi, “Akan datang kepada kamu semua seorang penghuni syurga.” Datang lagi orang yang sama pada ketiga-tiga majlis, tapi Nabi ﷺ tak beritahu kenapa dia diberikan masuk syurga.

Sayyidina Abdullah ibn Umar yang ingin tahu apa amalannya sehingga Nabi ﷺ memberitahu dia penghuni syurga. Apa yang didapati oleh Sayyidina Abdullah ibn Umar daripada amalan orang itu menjadi cerminan sejauh mana kita ingin meniru, menteladani sifat orang itu sehingga kita pun menjadi penghuni syurga.

Sayyidina Abdullah ibn Umar menginap di rumahnya selama 3 hari, tetapi dia tidak melihat ada-apa ibadah yang khas, bahkan ibadahnya Sayyidina Abdullah ibn Umar adalah lebih daripada lelaki itu. Pada hari ketiga, Sayyidina Abdullah ibn Umar pun bertanya kepada tentang amalan yang dia lakukan sehingga diberitahu oleh Nabi Muhammad ﷺ bahawa dia ahli syurga.

Katanya, “Apa yang kamu tengok di rumah aku selama 3 hari, itulah amal seharianku.” Sayyidina Abdullah ibn Umar pun bertanya, “Tiada lagi yang lain?”, Jawabnya, “Tiada.” Sayyidina Abdullah ibn Umar pun hairan dan bergerak untuk pulang. Setelah itu dia dipanggil kembali oleh tuan rumah itu dan dia memberitahu, “Ya, ada satu amalan yang saya lakukan.” Amalan itu tak perlu berdiri 1 jam yang boleh meletihkan kita, atau membuka mata membaca Al-Quran berjam-jam walaupun itu adalah baik. Yang diperlukan hanyalah 1 minit untuk melakukan satu amal perbuatan yang singkat dan menyebabkan orang itu mendapat khabar gembira dari Rasulullah ﷺ sebagai penghuni syurga. Apa amalnya? Memang nak buatnya 1 minit, tapi nak buatnya bukan main beratnya.

Kata lelaki itu, “Setiap hari, sebelum tidur, saya maafkan semua orang yang menyakiti saya, saya melupakan kesalahan orang pada saya, sama ada dia sengaja atau tak sengaja. Saya sedekahkan kehormatan saya kepada orang yang memaki saya, mengumpat saya, mencaci saya dsb.” Apa saja kesilapan orang dimaafkannya sebelum tidur, dan inilah sebenar-benar orang pemurah. Kata Sayyidina Abdullah ibn Umar, “Inilah yang menyebabkan Rasulullah ﷺ mengatakan yang kamu adalah penghuni syurga.”

Tiada yang akan mendatangkan manfaat di hari akhirat nanti kecuali hati yang salim. Hati yang  bersih tiada menyimpan perasaan buruk kepada orang lain. Majlis ini ialah majlis untuk kita bersihkan hati, membaiki ibadah dan keyakinan kita  kepada Allah SWT dan ingin menabur kasih kepada Rasulullah ﷺ dan sesama kita kerana agama kita adalah agama kasih-sayang.

{Doa penutup.}

*: Mohon ambil perhatian yang teks ini bukan disediakan oleh pendakwah seperti yang namanya tertera di atas. Ini cuma ringkasan dan sedikit petikan kata-kata mereka. Jadi, saya mohon pembaca menonton video di sumber asal untuk pemahaman yang lebih baik dan saya mohon maaf dan teguran atas segala kekurangan. Semoga, di sebalik segala kekurangan, masih ada yang dapat kita manfaatkan. Wallu'alam. 
**: mungkin salah ejaan
xyz: Maaf, tidak dapat memahami dengan jelas apa yang telah disampaikan.


Popular posts from this blog

Ya Hanana - Lirik dan Terjemahan

3 Penawar Diri

Amalan Zikir Bulan Rejab